Polengoid
11 Agustus 2013 Tinggalkan komentar
Sebongkah masa yang masif seakan menggelinding pelan di kedalaman ruang kosong. Sisi-sisinya yang tajam bergerigi meninggalkan sejalur debu kosmik. Di sana-sini, ketika cahaya Alpha Centauri menerangi samar, tampak lekuk-lekuk luar biasa yang terentang beberapa kilometer. Igir-igir mencuat hingga sekian ratus meter, dan lubang-lubang gelap entah berapa puluh meter dalamnya menjadi noktah-noktah gelap abadi. Menjadi takik, seperti gigi gemeligi, bak pecahan bola bekel raksasa yang habis dicakar-cakar anak gadis buto ijo, namun gelap. Seakan berkeretak ketika berputar. Dan bergerak lurus. Tanpa garis start, tanpa lini finish. Hanya Tuhan yang tahu sejak kapan bongkahan itu berputar dan menggelinding. Pelan tampaknya.
Hanya mereka yang kurang kerjaan – termasuk kalian – yang mempelajari cara mengukur besar dan kecepatan bongkahan asteroid yang lepas – ah, asteroid. Nama yang akrab namun senantiasa terlepas; meluncur di sela jari tangan ketika kau tangkap. Asteroid. Seperti nama seseorang.
Baca pos ini lebih lanjut