Disuruh Berimajinasi di Jagongan Wagen Edisi Februari 2011


(Maaf artikelnya tanpa foto)

Berimajinasi kok disuruh. Tapi mungkin tanpa disuruh kita lantas lupa berimajinasi, padahal imajinasi itulah yang kerap melonggarkan engsel-engsel penjara benak kita yang mawut campur pating blasur. Seperti biasanya, pentas merakyat (karena tak usah bayar kecuali saweran dan disuguhi teh hangat pula) di Padepokan Seni Bagong Kussudiarjo Bantul, DI Yogyakarta, ini dipandu oleh mulut lebar nan ngawur MC yang saya juga lupa namanya. Maklum, sudah lama tidak nonton pentas ini.

Jagongan Wagen 28 Februari 2011 ini mengangkat tema yang memang sangat lengket dengan imajinasi. Tajuknya saja “Imajinari”. Imaji untuk menari, imajinasi yang ditarikan, tarian yang ditanggap dengan imajinasi.

Seperti de ja vu edisi-edisi bulan lalu, Jagongan Wagen (JW) dilaksanakan setelah hujan lebat, aspal basah, kaca mata penuh cipratan gerimis, dan sekitar 400-500 penonton yang berjubel – di antaranya adalah penonton fanatik. Undangan jam 19.30, pemanasan jam 20.00, lighting black out menjelang pentas pertama jam 20 nyaris lewat seperempat. Oke deh … langsung masuk. Obrolan mas MC dengan Ade Setiawan dan Anter Asmorotedjo (2 dari 5 penari) kita skip saja. Soalnya – meskipun ndhagel – sulit diceritakan dengan kata-kata berbahasa Indonesia. Mikir lan ngeling-eling ki marai ra lucu.

Baca pos ini lebih lanjut

Gawatnya Pilihan Kata


Tempo hari bapak kita SBY sempat mengatakan kalau gajinya belum pernah naik. Ini versi netralnya. Beberapa media menuliskan “SBY Mengeluh ..” (KR), barangkali ada yang menuliskan “SBY sesumbar …”, atau “SBY mengobral …” Tapi mungkin itu yang dinamakan kebebasan menentukan pilihan kata. Sayangnya kerap kali justru kata-katalah yang memilih kita: karena kata-kata, seseorang dapat nyungsep hilang dari peredaran; karena kata-kata, Chairil Anwar kondang walaupun bermodal plagiasi; karena kata-kata pula penulis blog diburu intel. Baca pos ini lebih lanjut