Dua Tahun Meninggalnya Rm. Fx. Tan Soe Ie, SJ


Mengenal karya seseorang – apalagi jika orang tersebut telah tiada alias tilar donya – kadang tak cukup hanya dengan menginventarisir sejumlah properti, program, bahkan ide. Barangkali itulah bedanya antara “tahu” dan “kenal”. Mengetahui Rm. Fx. Tan Soe Ie, SJ yang sudah wafat 2 tahun lalu tentu jauh berbeda dengan mengenalnya, apalagi secara pribadi. Terlebih, Rm. Tan – begitu panggilannya – cenderung tak suka publisitas. Bukan selebritis atau pemuka masyarakat yang ngotot jadi caleg, romo Jesuit satu ini lebih suka berkarya di lereng Gunung Merapi. Bersama tanaman, ternak, pupuk organik, serta bersahabat dengan para petani yang terpinggirkan dan “terkecilkan”, Rm. Tan menunjukkan dedikasi sampai akhir hayatnya. Sayang, saya bukan salah satu yang diberi anugerah untuk mengenal. Hanya tahu. Itu pun belakangan.

Misa Peringatan wafatnya Rm. Tan dilaksanakan pada hari Minggu 27 Februari kemarin di Bumi Perkemahan Sumber Boyong, Pakem, Sleman, tidak jauh dari kapel Bonggol Paroki Pakem tempat Rm. Tan sehari-hari tinggal di bilik bambu. Di pelosok Sleman inilah, Rm. Tan secara informal telah membentuk semacam komunitas yang terdiri dari para petani dan pemuda, yang bergerak di bidang pupuk organik bekas cacing (kascing) atau vermicompost. Kesukaannya dengan dunia tanaman serta perhatiannya dengan kehidupan “wong cilik” melahirkan petani-petani organik yang resisten terhadap fluktuasi harga pupuk yang berbau mafia. Cita-citanya adalah mengangkat kesejahteraan petani itu sendiri, melalui kerja keras dan kemandirian untuk hidup.

Baca pos ini lebih lanjut

Gawatnya Pilihan Kata


Tempo hari bapak kita SBY sempat mengatakan kalau gajinya belum pernah naik. Ini versi netralnya. Beberapa media menuliskan “SBY Mengeluh ..” (KR), barangkali ada yang menuliskan “SBY sesumbar …”, atau “SBY mengobral …” Tapi mungkin itu yang dinamakan kebebasan menentukan pilihan kata. Sayangnya kerap kali justru kata-katalah yang memilih kita: karena kata-kata, seseorang dapat nyungsep hilang dari peredaran; karena kata-kata, Chairil Anwar kondang walaupun bermodal plagiasi; karena kata-kata pula penulis blog diburu intel. Baca pos ini lebih lanjut